Search

Ngeri! Virus Corona Mengganas, Waspada Saham-saham Berguguran - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepekan kemarin, pasar keuangan dalam negeri bergerak tak kompak, kala rupiah dan SUN ditutup menguat, indeks bursa saham tanah air malah melemah. Pasar masih mencemaskan penyebaran virus corona baru yang akhir-akhir ini terjadi.

Pada penutupan perdagangan terakhir pekan kemarin Jumat (24/1/2020), indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi 0,082% ke posisi 6.244,11. Dalam sepekan terakhir, IHSG melorot 0,8%.


Namun IHSG tak sendirian, mayoritas bursa saham kawasan Asia pekan kemarin juga mencatatkan koreksi. Indeks Strait Times ambles 1,2% dalam sepekan, indkes KLCI juga terpangkas 1,4%. Indeks bursa saham China dan Hang Seng bahkan anjlok masing-masing sebesar 3,2% dan 3,8%. Sementara itu indeks Kospi dan Nikkei masing-masing turun 0,2% dan 0,9%.

Melihat kinerja tersebut, IHSG mengokohkan diri berada di posisi runner up jika dibandingkan dengan kinerja enam bursa saham utama kawasan Asia lainnya. Walau IHSG mengalami koreksi, nilai tukar rupiah malah makin perkasa di hadapan dolar.

Pada hari terakhir perdagangan minggu kemarin, rupiah di pasar spot dihargai Rp 15.565/US$. Dalam sepekan rupiah mencatatkan penguatan 0,48% dan menjadi mata uang paling perkasa kedua di benua kuning setelah Yen kalau dilihat secara mingguan.

Dilihat lebih jauh, keperkasaan rupiah ini mulai terjadi sejak awal tahun. Dari awal tahun rupiah mengalami reli tak terbendung dan menjadi mata uang paling perkasa di dunia. Tak tanggung-tanggung, belum genap sebulan di tahun 2020 ini, rupiah telah mencatatkan penguatan lebih dari 2%.


Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menilai penguatan rupiah yang terjadi akhir-akhir ini dikarenakan fundamental ekonomi Indonesia yang terus membaik. "Penguatan rupiah didorong oleh pasokan valas dari eksportir dan aliran modal asing sejalan prospek ekonomi Indonesia yang terjaga dan ketidakpastian global yang menurun" kata Perry, Kamis (23/1/2020).

Mendukung penguatan rupiah, pasar SUN juga mengalami apresiasi sepekan kemarin. Kenaikan harga obligasi rupiah pemerintah tercermin dari penurunan tingkat imbal hasilnya.

Di hari terakhir perdagangan, seri acuan obligasi rupiah yang paling menguat adalah yang bertenor 15 tahun dengan penurunan imbal hasil mencapai 11,6 basis poin. Investor asing masih masuk ke pasar SUN senilai Rp 3,84 triliun sepekan kemarin.

Walau rupiah dan pasar SUN tanah air masih menguat, pasar tetap saja cemas dengan merebaknya virus corona yang akhir-akhir ini jadi sorotan. Perkembangan terbaru menunjukkan bahwa korban meninggal sudah mencapai 56 orang. Jumlah kasus pun tiap hari bertambah. Kabar teranyar, CNBC Internasional melaporkan hingga 26 Januari 2020 jumlah kasus sudah mencapai 2.116 kasus.

Walau kasus dan jumlah korban meninggal paling banyak ditemukan di Wuhan sebagai lokasi pertama virus ini muncul, jumlah negara lain yang melaporkan penemuan kasus ini juga semakin bertambah.

Sampai saat ini negara yang sudah melaporkan adanya penemuan virus corona baru yaitu Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, Macau, Thailand, Taiwan, Vietnam, Nepal, Perancis, Australia, Canada hingga Amerika Serikat. Korban terus berjatuhan dan dunia menjadi waspada akan kemungkinan pandemi seperti SARS tujuh belas tahun silam.

[Gambas:Video CNBC]

Let's block ads! (Why?)



Bisnis - Terbaru - Google Berita
January 27, 2020 at 06:21AM
https://ift.tt/36um2Bg

Ngeri! Virus Corona Mengganas, Waspada Saham-saham Berguguran - CNBC Indonesia
Bisnis - Terbaru - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ngeri! Virus Corona Mengganas, Waspada Saham-saham Berguguran - CNBC Indonesia"

Post a Comment


Powered by Blogger.