Transakasi saham di bursa pagi ini tercatat sebesar Rp 2,15 triliun dari 1,96 miliar saham yang diperdagangkan dengan frekuensi sebanyak 197,128 kali. 343 saham terpantau melemah, hanya 29 saham yang menguat dan 66 saham bergerak stagnan.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan, sentimen utama penekan penurunan IHSG lebih disebabkan faktor Covid-19. Namun, menurut dia, hal ini bukan berarti investor mengalihkan aset sahamnya ke instrumen safe haven.
"Ya concerns corona virus yang mendunia, ke safe haven tidak juga, buktinya DJI [indeks Dow Jones] turun 4,4 persen," kata Laksono kepada CNBC Indonesia, Jumat (28/2/2020).
Sejak kemarin, kata dia, otoritas bursa sudah melakukan pemantauan pasar (market watch) karena pergerakan IHSG yang terkoreksi lebih dari 2% dalam sehari. Namun, dia menegaskan, untuk koreksi kemarin, belum termasuk protokol krisis.
"Belum masuk protokol krisis, tapi berjaga-jaga," kata dia.
Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi menerangkan hal senada, perkembangan penyebaran virus corona menyebabkan penurunan signifikan bursa saham dunia.
"Dow Jones dalam dua hari kemarin juga mencatatkan rekor penurunan tertinggi dalam dua hari berturut-turut," kata Hasan, Kamis (27/2/2020).
"Bursa dengan otoritas akan mencermati perkembangan dari waktu ke waktu. Kita sudah melengkapi diri dengan protokol yang diprlukan jika terjadi penurunan maket hingga menapai batas yang ditoleransi. penurunan saat ini belum mencapai batas yang dimaksud," jelasnya.
CNBC Indonesia mencatat, jika IHSG sudah mengalami koreksi lebih dari 2% maka bursa akan mulai melakukan antisipasi, dan jika sudah terkoreksi 7,5% pada perdagangan intraday maka bursa akan menghentikan perdagangan pada hari tersebut. (hps/hps)
Bisnis - Terbaru - Google Berita
February 28, 2020 at 11:11AM
https://ift.tt/2T7eGQG
IHSG Terjerembab 4,32%, BEI: Belum Masuk Protokol Krisis - CNBC Indonesia
Bisnis - Terbaru - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK
Bagikan Berita Ini
0 Response to "IHSG Terjerembab 4,32%, BEI: Belum Masuk Protokol Krisis - CNBC Indonesia"
Post a Comment